Memungut Mutiara-Mutiara AL-HIKMAH

Mungkin bagi kalangan pesantren, kitab Al-Hikam
yang di tulis Ibnu'Athaillah al-Iskandari (w.709/1309 M) sudah sedemikian akrab ditelinga. hikma-hikmah yang tertuang dalam kitab ini begitu dalam dan sarat makna sehingga perlu analisis mendalam untuk memahami kandungan isinya.

Al-Hikam yang ditulis dalam bentuk kumpulan metafor indah (aforisma) dan disajikan secara pendek mirip layanan pesan singkat ini memuat seribu satu untaian nasehat. Hanya saja, tidak banyak orang yang bisa memungut untaian nasehat tersebut. pasalnya, kitab ini oleh banyak orang dianggap kitab "berat". Bukan saja karena struktur kalimatnya yang bersastra tinggi, melainkan juga kedalaman makna yang dituturkan lewat kalimat-kalimatnya yang singkat.

Bukan sembarang orang bisa mempelajari kitab tasawuf ini tanpa kesiapan mental terlebih dahulu. Ini pula yang dialami Abdurrahman El'Ashiy, penulisa buku ini, karena usianya masih belia (MTS kelas 2) belum diperkenankan untuk ikut mengaji kitab Al-Hikam yang biasa di sampaikan oleh Mbah Abdullah Salam pati, keturunan ke-7 Mbah Mutamakkin.

Tapi sejujurnya jika pada saatnya anda benar-benar mempelajarinya, banyak pelajaran berharga akan anda dapatkan, seperti diakui Abdurrahman sendiri. Al-Hikam bagai telaga yang sejuk dan menyegarkan, dimana di dalamnya ragam batu pualam, safir, zamrud, hingga mutiara manikam ada di dalamnya.

Abdurrahman memungut mutiara-mutiara yang begitu sulit ditangkap oleh banyak orang itu, lantas membaginya agar orang lain pun merenungi keindahan dan berharga mutiara-mutiara tersebut. Dengan bahasa yang sederhana, Abdurrahman menjelaskan untaian-untaian hikmah tersebut sehingga lebih mudah dipahami dan dicerna oleh banyak orang.

Melalui kata-kata bijak dalam Al-Hikam, Abdurrahman coc membedah petuah-petuah Ibnu'Athaillah agar orang kemudian tahu arah yang benar bisa mendekatkan dirinya dengan Sang Khalik. Semakin orang tenggelam dalam lautan Al-Hikam
, semakin menyadarkan orang akan keberadaannya dimuka bumi. Al-Hikam bukan saja menjadi guru yang baik, melaikan juga bisa mengikis sikap congkak, selalu mencari pembenaran yang selama ini bersemayam dalam diri orang.

(oleh : HERRY MUNHANIF- BUKU HIDAYAH)

[[ Translate English ]] [[ Translate Indonesia ]]